Get me outta here!

Selasa, 26 Januari 2016

UBER vs. Taksi, Mana yang Lebih Baik?

Setelah sukses beroperasi di JakartaBandung, dan Bali, UBER baru-baru ini resmi beroperasi di Surabaya. Sebagai pengguna aplikasi penyedia layanan transportasi dengan sistem ride-sharing selama satu tahun terakhir ini, sulit bagi Saya untuk membayangkan bagaimana beraktivitas tanpa kehadiran UBER. Jujur, sebelum ada UBER, pilihan transportasi Saya sebagai masyarakat dengan penghasilan pas-pasan, hanya dua; Kendaraan Umum (Bus, Kopaja, Angkot) atau Taksi.
Bagi mereka yang sudah lama tinggal di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, naik angkot, bus, atau kopaja sering kali jadi ajang uji nyali; antara takut dicopet/digrepe/didesek-desekin atau menahan mual karena bau ketek dan bau-bauan lainnya yang tak kalah menjijikan. Namun di kala memutuskan untuk naik taksi, siap-siap saja deg-degan dengan biaya yang harus dikeluarkan, apalagi jika jalan yang kita lalui tiba-tiba macet dan terjebak di tengah-tengah ruas jalan. Mau keluar nggak enak, tapi diem aja juga malah tambah mahal.

Sebulan Naik UBER, Apa Hasilnya?

Sejak adanya UBER, Saya seringkali memutuskan untuk menggunakan aplikasi tersebut. Tinggal pencet, tunggu lima menit, mobilnya langsung datang. Nggak perlu pake keluar duit cash pula, otomatis charge ke kartu kredit yang bisa dibayar bulanan. Iseng-iseng di bulan Desember kemarin saya mencoba untuk FULL menggunakan UBER untuk semua aktifitas dan kegiatan, mulai dari pulang pergi ke kantor, hingga jalan-jalan dengan keluarga. Lalu, apa hasilnya?

1. Terbukti Lebih Murah

Menurut penelitian beberapa orang yang sudah menggunakan UBER di kota-kota lain di dunia, termasukSingapura dan New South Wales, UBER dilansir bisa 30%-40% lebih murah dibandingkan dengan taksi. Hal ini coba Saya tes dengan melakukan beberapa perbandingan sendiri di Jakarta. Ini adalah hasilnya:
RUTEUBERTAKSIHEMAT
Karet - Mall Kelapa Gading
16.3km, 38.9 menit
Rp 47,000,-Rp 81,100,-42%
Karet - Gandaria 8 Office Tower
7.6km, 19.3 menit
Rp 23,500,-Rp. 34,300,-31%
Karet - Airport Soekarno Hatta
29.3km, 29.4 menit
Rp 70,000,-Rp. 120,000,-41%
Sesuai dengan hasil penelitian tadi di atas, ternyata di Jakarta, UBER juga lebih hemat 30%-40% dibandingkan taksi. Angka-angka tersebut di atas merupakan hasil tes pribadi Saya dengan kondisi jalananan yang kurang lebih sama lancar. Jika merasa kurang puas, silahkan coba sendiri dan bedakan. Kalau masih penasaran, dapatkan estimasi tarif langsung dari website UBER sekarang!
uber vs taksi

2. Ramah Rombongan

Ketika Saya melakukan tes penggunaan UBER ini, kebetulan juga sedang masa-masanya kumpul bareng keluarga. Saya pulang kampung ke Bandung untuk merayakan hari raya, dan kegiatan berkunjung ke rumah kerabat pun menjadi satu keharusan. Dulu, akan sangat repot sekali untuk membawa 10 orang untuk berkeliling ke rumah kerabat, harus pesan mobil ke rental yang notabene bisa memakan biaya di atas 300 ribu rupiah (belum termasuk bensin dll) untuk penggunaan selama 3 jam. Dengan UBER, kita bisa memesan dua mobil lewat dua akun berbeda dan menghemat biaya hingga ratusan ribu rupiah!
JENIS MOBILUBERRENTALHEMAT
Toyota Avanza
19km, 3 jam
Rp 125,500,-Rp 300,000,-58%
Selama tiga jam, UBER menjemput kita dari rumah ke beberapa lokasi berbeda, mulai dari rumah saudara, mall, hingga restoran favorit keluarga. Ya, driver UBER biasanya bersedia untuk diajak berkeliling seperti ini, dan bahkan menunggu selama satu-dua jam di satu lokasi. Tinggal tanya saja, apakah waktunya memungkinkan.
bandung
Tidak hanya untuk urusan keluarga, jalan-jalan rombongan juga bisa dilakukan dengan teman-teman, dan ongkos penggunaan UBER pun bisa dibagi (split-fare), jadi bisa lebih hemat lagi! Pergi ke bandara rame-rame, jalan-jalan kuliner, atau sekedar keliling kota, BISA!

3. Nambah Wawasan

Yang menarik dari UBER adalah, tidak semua driver menjadikan UBER sebagai pekerjaan utama mereka. Seringkali Saya bertukar pikiran dengan beberapa driver UBER yang ternyata sudah memiliki pekerjaan kantoran. Ada yang menjadi driver UBER hanya di malam hari (selepas bekerja) dan akhir pekan saja, ada juga yang nyambi nge-UBER di sela-sela jam kuliahnya. Wah, mantap ya!
Ibu Sri
Namun yang paling membuat Saya salut adalah seorang driver UBER wanita bernama Ibu Sri Wahyuni. Ibu Sri ini ketika saya ride bersama beliau, ia baru dua minggu menjadi driver UBER. Sebelumnya, dia menjalankan usaha catering selama 4 tahun. Tapi karena belakangan usahanya tersebut sedang sepi, Ibu tiga anak ini memutuskan untuk coba menjadi driver UBER, “Alhamdulilah… hasilnya cukup,” ujar Ibu Sri.
Selama Saya menggunakan UBER, mayoritas driver sangat ramah dan terbuka untuk bertukar cerita. Tak jarang cerita-cerita tersebut menjadi tambahan wawasan tersendiri, selayaknya jendela yang menampilkan sepenggal kisah dan perjuangan mereka. Ada yang menjadi driver UBER untuk menghidupi keluarganya, ada juga yang mengaku senang dengan pendapatan tambahan di sela-sela kesibukan mereka.
Yang pasti, keberadaan UBER di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat metropolitan seperti Saya. Apakah kamu punya cerita seru seputar pengalaman ride menggunakan UBER? Silahkan share di bawah, ya!

sumber : jalantikus.com

0 komentar:

Posting Komentar